Siswa SD di Yehembang “Dipupuk” untuk Lestarikan Alam Jembrana

by Bali Water Protection

Penanaman oleh siswa SD untuk menjaga kelestarian alam di Yehembang Kauh, Kecamatan Mendoyo, Senin 21 Maret 2022. (ist).

 

TRIBUN-BALI.COM, NEGARA – Sadar akan pentingnya hutan sebagai daerah resapan air mendorong warga Desa Yehembang Kauh, Kecamatan Negara melakukan penanaman di beberapa titik penting, seperti bantaran sungai dan kawasan Hutan Belajar.

Areal penanaman ini merupakan lahan yang dikelola masyarakat lokal untuk membudidayakan berbagai tanaman endemik Jembrana.

Kegiatan ini didukung oleh Yayasan IDEP Selaras Alam yang telah mendampingi masyarakat lokal secara intensif dari 2012.

Menariknya, ialah Siswa dari Sekolah Dasar di sekitar Desa Yehembang Kauh, Senin, 21 Maret 2022 ikut melakukan penanamanvyang berlangsung bertepatan dengan Hari Hutan Sedunia.

Warga Yehembang Kauh, Wayan Restu mengatakan, bahwa penanaman merupakan langkah masyarakat untuk mengantisipasi ancaman bencana yang juga kerap mereka alami di musim penghujan seperti halnya banjir.

Meskipun bencana musiman ini biasa diterima, namun banjir bandang yang terjadi pada awal 2020 telah memberikan peringatan penting bahwa dampak yang lebih buruk bisa saja terjadi.

Kala itu air meluap dari sungai dan merusak beberapa ruas jalan. Air pun masuk ke rumah- rumah warga, hingga menyebabkan beberapa rumah mengalami kerusakan.

“Saat itu cuaca memang sangat ekstrim, banjir bisa sampai ke rumah, jalanan juga sampai jebol,” ucapnya Senin 21 Maret 2022.

Menurut dia, bahwa dalam peristiwa itu, akses jalan terputus akibat banjir bandang yang menghancurkan ruas jalan di sekitar bantaran sungai.

Tidak hanya itu, banjir telah memutus pipa-pipa saluran air, hingga membuat warga desa kesulitan mengakses air bersih.

Selama berhari-hari, beberapa desa terisolasi dan sulit memperoleh air bersih.

Warga Yehembang Kauh menyadari pentingnya menjaga daerah bantaran sungai dan hutan itu sendiri.

“Jadi setelah banjir bandang itu, kami dari Destana [Desa Tangguh Bencana] bersama IDEP berunding agar bagiamana bencana ini tidak terjadi kembali. Lalu kita melakukan penanaman di bantaran sungai,” ungkapnya.

Reboisasi dilakukan setiap tahunnya dan semakin memperulas titik penanaman.

Warga pun secara aktif membudidayakan beberapa tanaman endemik, sebab fungsinya yang penting untuk menjaga kawasan hutan.

“Tanaman-tanaman ini kebanyakan fungsinya sebagai penyerap air, karena umurnya juga cukup lama,” jelas Restu.

Selain pencegahan terhadap bencana, penanaman pohon juga sebagai upaya pengenalan masyarakat terhadap tanaman-tanaman endemik Bali. Penanaman ini sangat penting sebagai sarana pengenalan, dan mereka bisa belajar disini, di Hutan Belajar. Ketika mereka menanam, mereka jadi punya rasa memiliki dan mencintai tanaman itu. Sehingga dikakukan penggenap mulai dari sejak kecil dan mengajak siswa-siswi dari berbagai sekolah dasar di Jembrana.

Sekolah yang turut berpartisipasi dipenanaman kali ini antara lain, SDN 2 Lelateng, SDN 1 Lelateng, SDN 3 Mendoyo Dauh Tukad, SDN 2 Mendoyo Dangin Tukad, dan SDN 3 Yeh Embang.

Salah seorang siswa, Anita mengaku, bahwa menanam pohon itu seru. Dirinya bisa menanam bareng teman-teman. Dari proses penanaman ini, ia juga jadi lebih tahu tentang fungsi hutan itu sendiri, terutama sebagai daerah resapan air. Fungsi ini pun erat hubungannya dengan pengalamannya yang sempat mengalami kesulitan air. “Kalo pohon habis, bisa-bisa tidak ada air, banyak polusi juga. Jadi seru nanem bareng teman-teman di hutan juga udaranya sejuk,” bebernya. (ang).

Sumber berita: https://bali.tribunnews.com/2022/03/21/siswa-sd-di-yehembang-dipupuk-untuk-lestarikan-alam-jembrana


About the Author


Bali Water Protection